Mengapa Pertamina Bisa Rugi? Analisis Lengkap 2024–2025

Table of Contents

 

Gambar Pengisian BBM Pertamina

Nama Pertamina hampir selalu muncul ketika publik membicarakan soal harga BBM, subsidi, hingga APBN. Banyak yang bertanya, “Kok bisa perusahaan sebesar Pertamina sampai rugi?” Padahal, di sisi lain, ada laporan bahwa Pertamina masih membukukan laba bersih hingga Rp49,5 triliun di 2024. Jadi, sebenarnya apa yang terjadi?

Artikel ini akan membahas penyebab utama Pertamina bisa mengalami kerugian di segmen tertentu, data realisasi subsidi dan kompensasi, serta bagaimana prospeknya ke depan di tahun 2025.


1. Menjual BBM di Bawah Harga Keekonomian

Pertamina ditugaskan menjual BBM tertentu (Pertalite dan Solar) dengan harga lebih murah dari harga keekonomian.

Artinya, ada selisih Rp1.700/liter yang seharusnya ditanggung pemerintah dalam bentuk subsidi atau kompensasi. Namun, ketika selisih ini belum dibayar penuh, laporan keuangan Pertamina bisa terlihat tertekan.
👉 (Sumber: Bisnis.com, Kemenkeu)


2. Pembayaran Kompensasi yang Bertahap

Pemerintah memang mengganti kerugian Pertamina melalui dana kompensasi. Namun, pencairannya dilakukan bertahap.

  • Total kompensasi yang diterima Pertamina hingga November 2024: Rp111,43 triliun (termasuk pajak).

  • Sisanya masih menunggu pencairan periode berikutnya.

Kondisi ini menyebabkan arus kas Pertamina terganggu dan pada laporan keuangan interim bisa terlihat seolah-olah rugi.
👉 (Sumber: ANTARA)


3. Beban Subsidi & APBN yang Membengkak

Tahun 2024, pemerintah harus menanggung Rp230,5 triliun untuk subsidi BBM dan LPG. Bahkan, jika digabung dengan kompensasi energi, angkanya bisa mencapai Rp327 triliun per Oktober 2024.

Ini menunjukkan betapa besar selisih harga yang sebenarnya harus ditanggung Pertamina sebelum diganti oleh APBN.
👉 (Sumber: ANTARA, CNBC Indonesia)


4. Ketergantungan pada Impor Minyak

Indonesia masih mengimpor sebagian besar minyak mentah dan BBM jadi. Akibatnya, keuangan Pertamina sangat sensitif terhadap:

  • Kurs dolar AS: ketika rupiah melemah, biaya impor melonjak.

  • Harga minyak dunia: jika harga minyak naik, biaya operasional meningkat, sementara harga jual BBM penugasan tetap sama.

Inilah yang memperlebar gap kerugian sementara di sisi hilir.
👉 (Sumber: Reuters, ESDM)


5. Harga BBM Non-Subsidi yang Fluktuatif

Untuk produk non-subsidi seperti Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex, harga ditentukan mengikuti pasar.

Contoh: Oktober 2024, Pertamina menurunkan harga BBM non-subsidi. Penurunan ini membuat margin keuntungan segmen non-subsidi tidak selalu mampu menutup kerugian di segmen subsidi.
👉 (Sumber: Kementerian PANRB, Pertamina)


6. Beban Investasi dan Operasional

Selain BBM, Pertamina juga menanggung biaya besar untuk:

  • Distribusi energi ke seluruh pelosok Indonesia.

  • Proyek pembangunan kilang (RDMP, GRR) yang membutuhkan dana triliunan rupiah.

Karena proyek kilang butuh waktu lama untuk menghasilkan, sementara utang dan bunga sudah berjalan, beban keuangan bisa menekan kinerja jangka pendek.


Fakta Penting: Pertamina Sebenarnya Masih Laba

Meski sering disebut “rugi”, laporan konsolidasi Pertamina justru mencatat laba bersih 2024 sebesar Rp49,5 triliun (US$3,13 miliar).

Jadi, istilah “rugi Pertamina” lebih tepat dipahami sebagai kerugian di segmen tertentu (BBM subsidi/penugasan) akibat harga jual di bawah keekonomian, bukan rugi secara keseluruhan.
👉 (Sumber: Tempo, CNBC Indonesia)


Kesimpulan

Kerugian Pertamina bukan semata karena manajemen buruk, tetapi lebih karena:

  1. Harga BBM subsidi dijual lebih murah dari harga pasar.

  2. Kompensasi pemerintah cairnya bertahap.

  3. Sensitivitas tinggi terhadap kurs dolar dan harga minyak dunia.

  4. Biaya distribusi dan proyek investasi besar.

Secara grup, Pertamina masih laba besar di 2024, namun tetap menghadapi risiko tekanan keuangan jika harga minyak melonjak, rupiah melemah, dan subsidi energi makin membengkak di 2025.


Referensi

  • Tempo – Pertamina Bukukan Laba Bersih Rp 49,5 Triliun di 2024

  • CNBC Indonesia – Pertamina Catatkan Laba Bersih Rp 49,54 Triliun di 2024

  • ANTARA – Pemerintah Bayarkan Kompensasi Pertamina Kuartal II-2024 Rp111,43 Triliun

  • ANTARA (Infografik) – Realisasi Subsidi BBM & LPG Rp230,5 Triliun

  • CNBC Indonesia – Realisasi Subsidi & Kompensasi Energi Tembus Rp327 Triliun

  • Bisnis.com – Harga Keekonomian Pertalite Rp11.700 vs Harga Jual Rp10.000

  • Reuters – Kebijakan Kompensasi Pemerintah untuk Lost Profits BBM

  • Kementerian PANRB – Penurunan Harga BBM Non-Subsidi per Oktober 2024

  • ESDM – BBM Subsidi Banyak Dinikmati Rumah Tangga Mampu

Posting Komentar